Jumat, 29 Februari 2008

Pembatasan Premium-Solar Pengaruhi Investasi Otomotif

Jakarta (Indofoc)-- Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo) mengkhawatirkan pembatasan bahan bakar minyak jenis premium dan solar akan menghambat arus investasi kendaraan bermotor. Investor akan berpikir ulang untuk berinvestasi apabila mekanisme dan implementasi pembatasan tersebut semrawut dan berantakan.

Menurut Ketua Umum Gaikindo Bambang Trisulo, keputusan investasi dapat terganggu apabila kebijakan kartu pintar (smart card) menyebabkan inflasi signifikan. Inflasi tinggi akan membuat proyeksi penjualan menjadi berkurang. "Selain itu, investor akan berpikir ulang apabila biaya investasi semakin tinggi," ujaranya, Senin (11/2).

Pemerintah berencana membatasi penggunaan premium dan solar untuk kendaraan bermotor. Setiap kendaraan nantinya akan ditempeli dengan kartu pintar untuk membeli bahan bakar. Kartu pintar tersebut menyimpan data kebutuhan bahan bakar dan nomor surat tanda kendaraan bermotor (STNK). Pembatasan tersebut untuk menghemat anggaran sebesar Rp 10 triliun. Direncanakan program tersebut akan diluncurkan pada April atau Mei mendatang.

Menurut Bambang, kadar inflasi tergantung dampak kebijakan kartu pintar yang diterapkan pemerintah. "Apabila kebijakan ini menyebabkan biaya dunia usaha bertambah, beban akan dilimpahkan ke konsumen dan ini yang menyebabkan inflasi," katanya.

Dia mengatakan, rencana pemerintah tersebut berpotensi menyebabkan biaya tinggi. Investasi kendaraan di Indonesia saat ini bersaing ketat dengan Thailand dan Malaysia. "Apabila kebijakan ini membuat biaya investasi Indonesia lebih mahal, mereka akan mengalihkan ke negara itu," katanya.

Kenaikan bahan bakar minyak, kata Bambang, dinilai lebih memberikan kepastian dibandingkan kebijakan kartu pintar. "Dampak atas kenaikan BBM lebih bisa diperhitungkan," ujarnya. Asalkan, kenaikan bahan bakar tak dilakukan secara drastis sebesar 150 persen seperti pada 2005.

Menurut Bambang, larangan pemakaian premiun dan solar untuk kendaraan dengan kapasitas mesin 2000 cc ke atas belum jelas. Masalahnya belum ada keterangan detail dari pemerintah dalam mendefinisikan mobil pribadi 2000 cc ke atas. Dia menuturkan, mobil yang disebut kendaraan pribadi seperti Toyota Innova seringkali digunakan sebagai kendaraan untuk usaha skala kecil-menengah. "Apakah itu lantas disebut sebagai kendaraan pribadi," katanya.

Jenis-jenis kendaraan yang diatas 2000 cc diantaranya berbagai jenis niaga (multi purpose vehicle), sedan-sedan besar dan truk kategori dua. Beberapa merek diantaranya Nissan X-Trail (2700 cc), BMW seri 5 (di atas 2000 cc). Bambang mengatakan, beberapa kendaraan mewah tak lagi menggunakan premium dan solar. "Kendaraan jadi lebih awet sehingga harga jual masih tinggi," ujarnya.(AB, TI, Y, ANY)

Tidak ada komentar: